Sabtu, 10 November 2012

Al-Qur'an dan Hadits


 


Al-Qur'an dan Hadits

 PENGERTIAN AL-QUR’AN
PENGERTIAN AL-QUR’AN MENURUT KEBANYAKAN KITAB ULUMUL QUR’AN SEBAGAI BERIKUT:

القرآن كلام الله المنزل على محمد صلى الله عليه وسلم للاعجاز بسورة منه والبيان العقائد والاحكام وغيرهما 
AL-QUR’AN adalah: firman ALLAH SWT yang diturunkan kepada NABI MUHAMMAD SAW untuk mengalahkan musuh dengan satu surah darinya,dan menerangkan ‘aqidah ‘aqidah dan hukum hukum dll.
sebagian melengkapi dengan menyebutkan AL-QUR’AN adalah firman ALLAH SWT yang diturunkan kepada NABI MUHAMMAD SAW melalui malaikat jibril yang mempnyai gelar ruhul qudus yang diturunkan secara berangsur angsur untuk mengalahkan musuh dengan satu surah darinya yang menerangkan ‘aqidah ‘aqidah dan hukum hukum dan lain lain.
yang diberi pahala siapa yang membacanya dan yang mendengarkannya.
AL-QUR’AN adalah pegangan umat islam yang menunjuki umat kepada jalan yang lurus serta diridlai tuhan semesta alam (ALLAH SWT)
AL-QUR’AN adalah firman ALLAH SWT yang diturunkan/diwahyukan kepada nabi muhammad saw.
yang menjadi peringatan,sebagaimana firman ALLAH SWT dalam surat thaha ayat 2-3

ما انزلنا عليك القرآن لتشقى
الا تذكرة لمن يخشى
artinya:
kami tidak menurunkan al-qur’an ini kepadamu agar kamu menjadi susah.
tetapi sebagai peringatan bagi orang orang yang takut (kepada allah)
AL-QUR’AN menerangkan hukum hukum seperti kewajiban melaksanakan shalat dan menunaikan zakat.
sebagaimana firman ALLAH SWT dalam surat nisa’ ayat 77واقيمواالصلوة وآتواالزكوة
artinya:
dan mendirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat
AL-QUR’AN diturunkan dengan bahasa arab dan tidak boleh dibaca dan ditulis dengan bahasa ajam (bahasa selain bahasa arab)
ALLAH swt berfirman dalam surat zukhruf ayat 3انا جعلناه قرآنا عربيا لعلكم تعقلون
artinya:
sesungguhnya kami menjadikan AL-QUR’AN dalam bahasa arab supaya kamu memahami (nya).
AL-QUR’AN Dijaga langsung oleh ALLAH.
sebagaimana firman ALLAH dalam surat al-hijr ayat 9
انا نحن نزلنا الذكر وانا له لحافظون
artinya:
sesungguhnya kamilah yang menurunkan al-dzikro (al-qur’an) dan sesungguhnya kami pulalah yang memeliharanya.al-qur’an sebagai obat semua penyakit,baik penyakit lahir maupun penyakit bathin.
namun sebagian orang yang masih dalam pemahaman ilmunya rendah dan bukan termasuk islam sunni ada yang tidak meyakini al-qur’an bisa menyembuhkan atau menjadi obat penyakit dhahir/lahiriyah.
allah saw berfirman dalam surat al-isro’ ayat 82
وننزل من القرآن ما هو شفاء ورحمة للمؤمنين
artinya:
dan kami turunkan dari al-qur’an suatu yang menjadi obat dan rahmat bagi orang orang yang beriman.

Kedudukan Al Qur’an

1. Kitabul Naba wal akhbar (Berita dan Kabar), QS. An Naba’ (7 : 1-2)2. Kitabul Hukmi wa syariat (Kitab Hukum Syariah), QS. Al Maidah (5) : 49-503. Kitabul Jihad, QS. Al Ankabut (29) : 694. Kitabul Tarbiyah, QS. Ali Imran (3) : 79
5. Minhajul Hayah (Pedoman Hidup),
6. Kitabul Ilmi, QS. Al Alaq (96) : 1-5 

1. Al-Qur’an Sebaga Minhajul Hayah(Pedoman Hidup)
Konsepsi inilah yang pada akhirnya dapat mengeluarkan umat manusia darikejahiliyahan menuju cahaya Islam. Dari kondisi tidak bermoral menjadi memilikimoral yang sangat mulia. Dan sejarah telah membuktikan hal ini terjadi pada sahabatRasulullah SAW. Sayid Qutub mengemukakan (1993 : 14) :
“Bahwa sebuah generasi telah terlahir dari da’wah –yaitu generasi sahabat –yang memiliki keistimewaan tersendiri dalam sejarah umat Islam, bahkan dalam sejarahumat manusia secara keseluruhan. Generasi seperti ini tidak muncul kedua kalinyake atas dunia ini sebagaimana mereka… Meskipun tidak disangkal adanya beberapaindividu yang dapat menyamai mereka, namun tidak sama sekali sejumlah besar  sebagaimana sahabat dalam satu kurun waktu tertentu, sebagaiamana yang terjadi pada periode awal dari kehidupan da’wah ini…”
Cukuplah kesaksian Rasulullah SAW menjadi bukti kemulyaan mereka, manakala beliau mengatakan dalam sebuah haditsnya:
عن عِمْرَانَ بْنَ حُصَيْنٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
 خَيْرُكُمْ قَرْنِي ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ
“Dari Imran bin Hushain ra, Rasulullah SAW bersabda: ‘Sebaik-baik kalian adalah generasi yang ada pada masaku (para sahabat) , kemudian generasi yang berikutnya (tabi’in), kemudian generasi yang berikutnya lagi (atba’ut tabiin). (HR. Bukhari)”
           Imam Nawawi secara jelas mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan ‘generasi
pada masaku’ adalah sahabat Rasulullah SAW. Dalam hadits lain, Rasulullah SAW juga mengemukakan mengenai keutamaan sahabat:
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لاَ تَسُبُّوا أَصْحَابِي فَلَوْ
أَنَّ أَحَدَكُمْ أَنْفَقَ مِثْلَ أُحُدٍ ذَهَبًا مَا بَلَغَ مُدَّ أَحَدِهِمْ وَلاَ نَصِيفَهُ ( رواه البخاري)
Dari Abu Sa’id al-Khudri ra, Rasulullah SAW bersabda, ‘Janganlah kalian mencela sahabat-sahabatku.Karena sekiranya salah seorang diantara kalian menginfakkan emas sebesar gunung uhud, niscaya ia tidak akan dapat menyamai keimanan mereka, bahkan menyamai setengahnya pun tidak. (HR. Bukhari).
        Sayid Qutub mengemukakan (1993 : 14 – 23) , terdapat tiga hal yang melatar belakangi para sahabat sehingga mereka dapat menjadi khairul qurun, yang tiada duanya di dunia ini. Secara ringkasnya adalah sebagai berikut: pertama, karena mereka menjadikan Al-Qur'an sebagai satu-satunya sumber petunjuk jalan, guna menjadi pegangan hidup mereka, dan mereka membuang jauh-jauh berbagai sumber lainnya. Kedua, ketika mereka membacanya, mereka tidak memiliki tujuan untuk tsaqofah, pengetahuan, menikmati keindahannya dan lain sebainya. Namun mereka membacanya hanya untuk mengimplementaikan apa yang diinginkan oleh Allah dalam kehidupan mereka. Ketiga, mereka membuang jauh-jauh segala hal yang berhubungan dengan masa lalu ketika jahiliah. Mereka memandang bahwa Islam merupakan titik tolak perubahan, yang sama sekali terpisah dengan masa lalu, baik yang bersifat pemikiran maupun budaya.
         Dengan ketiga hal inilah, generasi sahabat muncul sebagai generasi terindah yang pernah terlahir ke dunia ini. Di sebabkan karena ‘ketotalitasan’ mereka ketika berinteraksi dengan Al-Qur’an, yang dilandasi sebuah keyakinan yang sangat mengakar dalam lubuk sanubari mereka yang teramat dalam, bahwa hanya Al-Qur’an lah satu-satunya pedoman hidup yang mampu mengantarkan manusia pada kebahagiaan hakiki baik di dunia maupun di akhirat.


FUNGSI AL-QURAN
1.Petunjuk bagi Manusia.
Allah swt menurunkan Al-Qur’ansebagai petujuk umar manusia,seperti yang dijelaskan dalam surat (Q.S AL-Baqarah 2:185 (QS AL-Baqarah 2:2) dan (Q.S AL-Fusilat 41:44)

2. Sumber pokok ajaran islam.
Fungsi AL-Qur’an sebagai sumber ajaran islam sudah diyakini dan diakui kebenarannya oleh segenap hukum islam.Adapun ajarannya meliputi persoalan kemanusiaan secara umum seperti hukum,ibadah,ekonomi,politik,social,budaya,pendidikan,ilmu pengethuan dan seni.
3. Peringatan dan pelajaran bagi manusia.
Dalam AL-Qur’an banyak diterangkan tentang kisah para nabi dan umat terdahulu,baik umat yang taat melaksanakan perintah Allah maupun yang mereka yang menentang dan mengingkari ajaran Nya.Bagi kita,umat uyang akan datang kemudian rentu harus pandai mengambil hikmah dan pelajaran dari kisah-kisah yang diterangkan dalam Al-Qur’an.

4. sebagai mukjizat Nabi Muhammad saw.
Turunnya Al-Qur’an merupakan salah satu mukjizat yang dimilki oleh nabi Muhammad saw.

 Pengertian Hadits
Hadits adalah segala perkataan (sabda), perbuatan dan ketetapan dan persetujuan dari Nabi Muhammad SAW yang dijadikan ketetapan ataupun hukum dalam agama Islam. Hadits dijadikan sumber hukum dalam agama Islam selain Al-Qur'an, Ijma dan Qiyas, dimana dalam hal ini, kedudukan hadits merupakan sumber hukum kedua setelah Al-Qur'an.
Ada banyak ulama periwayat hadits, namun yang sering dijadikan referensi hadits-haditsnya ada tujuh ulama, yakni Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Abu Daud, Imam Turmudzi, Imam Ahmad, Imam Nasa'i, dan Imam Ibnu Majah.
Ada bermacam-macam hadits, seperti yang diuraikan di bawah ini.
                    Hadits yang dilihat dari banyak sedikitnya perawi
                    Hadits Mutawatir
                    Hadits Ahad
                    Hadits Shahih
                    Hadits Hasan
                    Hadits Dha'if
                    Menurut Macam Periwayatannya
                    Hadits yang bersambung sanadnya (hadits Marfu' atau Maushul)
                    Hadits yang terputus sanadnya
                    Hadits Mu'allaq
                    Hadits Mursal
                    Hadits Mudallas
                    Hadits Munqathi
                    Hadits Mu'dhol
                    Hadits-hadits dha'if disebabkan oleh cacat perawi
                    Hadits Maudhu'
                    Hadits Matruk
                    Hadits Mungkar
                    Hadits Mu'allal
                    Hadits Mudhthorib
            Hadits Maqlub
             Hadits Munqalib
             Hadits Mudraj
             Hadits Syadz
             Beberapa pengertian dalam ilmu hadits
             Beberapa kitab hadits yang masyhur / populer

FUNGSI HADITS TERHADAP AL-QUR’AN
 Al-Quran menekankan bahwa Rasul SAW. berfungsi menjelaskan maksud firman-firman Allah (QS 16:44). Penjelasan atau bayan tersebut dalam pandangan sekian banyak ulama beraneka ragam bentuk dan sifat serta fungsinya.Al-qur`an dan hadist merupakan dua sumber yang tidak bisa dipisahkan.Keterkaitan keduanya tampak antara lain:1.Hadist menguatkan hukum yang ditetapkan Al-qur`an. Di sini hadits berfungsimemperkuat dan memperkokoh hukum yang dinyatakan oleh Al-quran. Misalnya, Al-quran menetapkan hukum puasa, dalam firman-Nya:

Hai orang–orang yang beriman diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimanadiwajibkan atas orang–orang sebelum kamu agar kamu bertakwa” . (Q.S Al  Baqarah/2:183 )
Dan hadits menguatkan kewajiban puasa tersebut:
 Islam didirikan atas lima perkara : “persaksian bahwa tidak ada Tuhan selain Allah , dan Muhammad adalah rasulullah, mendirikan shalat , membayar zakat , puasa pada bulan ramadhan dan naik haji ke baitullah.” (H.R Bukhari dan Muslim)
 2.Hadits memberikan rincian terhadap pernyataan Al qur`an yang masih bersifat global.Misalnya Al-qur`an menyatakan perintah shalat :
“Dan dirikanlah oleh kamu shalat dan bayarkanlah zakat” (Q.S Al Baqarah / 2:110) shalat dalam ayat diatas masih bersifat umum, lalu hadits merincinya, misalnya shalat yang wajib dan sunat. sabda Rasulullah SAW: Dari Thalhah bin Ubaidillah : bahwasannya telah datang seorang Arab Baduikepada Rasulullah SAW. dan berkata : “Wahai Rasulullah beritahukan kepadaku salat apa yang difardukan untukku?” Rasul berkata : “Salat lima waktu, yang lainnya adalah sunnat” (HR.Bukhari dan Muslim)
Al-qur`an tidak menjelaskan operasional shalat secara rinci, baik bacaan maupungerakannya. Hal ini dijelaskan secara terperinci oleh Hadits, misalnya sabda RasulullahSAW:
“Shalatlah kamu sekalian sebagaimana kalian melihat aku shalat.” (HR. Bukhari)
 3.Hadits membatasi kemutlakan ayat Al qur`an .Misalnya Al qur`an mensyariatkanwasiat:
“Diwajibkan atas kamu, apabila seorang diantara kamu kedatangan tanda–tandamaut dan dia meninggalkan harta yang banyak, berwasiatlah untuk ibu dan bapak karibkerabatnya secara makruf. Ini adalah kewajiban atas orang–orang yang bertakwa,”
(Q.S Al Baqarah/2:180)
Kedudukan Hadits Terhadap Al-Quran
Kedudukan hadis dari segi statusnya sebagai dalil dan sumber ajaran Islam, menurut jumhur ulama, adalah menempati posisi kedua setelah Al-Qur’an. Hal tersebut terutama ditinjau dari segi wurut atau tsubutnya Al- Qur’an adalah barsifat Qat’i.
Sedangkan hadis, kecuali yang berstatus mutawatir, sifatnya adalah Zhanni al-wurut. Oleh karnanya, yang bersifat qath’i (pasti) didahulukan dari pada yang zhanni (relative). Untuk lebih jelasnya, berikut akan diuraikan argument yang dikemukakan para ulama tentang posisi hadis terhadap Al-Qur;an tersebut :
  1. Al-Qur’an dengan sifatnya qath’i al-wurut (keberadaannya yang pasti dan diyakini), baik secara ayat perayat maupun secara keseluruhan, sudah seharusnyalah kedudukannya lebih tinggi dari pada hadis yang statusnya secara hadis perhadis, kecuali yang berstatus mutawatir, adalah bersifat al-Wurud.

  1. Hadis berfungsi sebagai penjelas dan panjabar (bayan) terhap AL-Qur’an. Ini adalah dijelaskan (al-mubayyan), yakni AL-Qur’an, kedudukannya adalah lebih tinggi dari pada penjelasan (al-bayan), yakni Hadis. Secara logis dapat dipahami bahwa penjelas (al-bayan) tidak perlu jika ada sesuatu yang dijelaskan (al-mubayyan) tidak ada: akan tetapi jika tidak ada  al-bayan hal itu tidak berati bahwa al-mubayyan juga tidak ada. Dngan demikian, eksentesi dan keberadaan Hadis sebagai al-bayan tergantung kepada eksistensi AL-Qur’an sebagai al-mubayyan, dan hal ini menujukkan di dahulukannyan AL-Qr’an dari Hadis dalam hal status dan tingkatannyan.

  1. Sikap para sahabat yang merujuk kepada AL-Qur’an terlebih dahulu apa bila mereka bermaksud mencari jalan kelaur atas sautu masalah, ban jika dalam A;-Qur’an tidak ditemu penjelasannya, barulah mereka berujuk kepada AL-Sunnah yang mereka ketahui, atau menayakan Hadis kepada sahabat yang lain.

  1. Hadis Mu’adz secara tegas menayakan urutan kedudukan antaraAL-Qur’an dan AL-Sunnah (Hadis) sebagai berikut:
Artinya: bahwasanya tatkala Rasulullah SAW hendak mengutus Mu’adz ibn Jabal ke yaman, beliu bertanya kepada Mu’adz ”Bagaimana engkau memutuskan perkara jika diaju kepadamu?” Maka Mu’adz menjawab, “Aku akan memutuskan berdasarkan kepada kitab Allah (AL-Qur’an).” Rasul bertanya lagi, “apa bila engkau tidak menemukan jawabannya di dalam kitab Allah?” Mu’adz berkata, “Aku akan memutuskannya dengan Sunnah.” Rasul selanjutnya bertanya, ”Bagaimana kalau engkau tidak menemukannya di dalam Sunnah dan tidak didalam kitab Allah?” Mu’adz menjawab, “aku akan berijtihan dengan memperguna akalku.” Rasul SAW menepuk dada Mu’adz seraya berkata, “Alhamdulillah atas taufik yang dianugrahkan Allah kepada utusan Rasul-Nya.
Argument diatas menjelaskan bahwa kedudukan hadis nabi SAW berada pada peringkat kedua setelah Al-qur’an. Meskipun demikia, hal tersebut tilaklah mengurangi nilai Hadis, karena keduanya” pada hakikatnya berasal dari wahyu Allah SWT . karenanya keduanya adalah seiring dan sejalan. Banyak ayat Al-Qur’an yang menjelaskan dan memerintahka agar kita bersikap patuh dan taat kepada Allah dan Rasul-Nya,. Dan kepatuhan kita kepada Rasul-Nya adalah bukti atas kepatuhan kita kepada Allah SWT.