Minggu, 27 Mei 2012

"CERPEN"

Cerpen adalah singkatan dari cerita pendek, disebut demikian karena jumlah halamannya yang sedikit, situasi dan tokoh ceritanya juga digambarkan secara terbatas
Berdasarkan jumlah katanya, cerpen dipatok sebagai karya sastra berbentuk prosa fiksi dengan jumlah kata berkisar antara 750-10.000 kata. Berdasarkan jumlah katanya, cerpen dapat dibedakan menjadi 3 tipe, yakni. 


1. Cerpen mini (flash), cerpen dengan jumlah kata antara 750-1.000 buah.
2. Cerpen yang ideal, cerpen dengan jumlah kata antara 3.000-4000 buah.
3. Cerpen panjang, cerpen yang jumlah katanya mencapai angka 10.000 buah. Cerpen jenis ini banyak ditulis oleh cerpenis Amerika Serikat, Amerika Latin, dan Eropa pada kurun waktu 1940-1960 (Pranoto, 2007:13-14)

Berdasarkan teknik cerpenis dalam mengolah unsur-unsur intrinsiknya cerpen dapat dibedakan menjadi 2 tipe, yakni. 
1. Cerpen sempurna (well made short-story), cerpen yang terfokus pada satu tema dengan plot yang sangat jelas, dan ending yang mudah dipahami. Cerpen jenis ini pada umumnya bersifat konvensional dan berdasar pada realitas (fakta). Cerpen jenis ini biasanya enak dibaca dan mudah dipahami isinya. Pembaca awam bisa membacanya dalam tempo kurang dari satu jam 2. Cerpen tak utuh (slice of life short-story), cerpen yang tidak terfokus pada satu tema (temanya terpencar-pencar), plot (alurnya) tidak terstruktur, dan kadang-kadang dibuat mengambang oleh cerpenisnya. Cerpen jenis ini pada umumnya bersifat kontemporer, dan ditulis berdasarkan ide-ide atau gagasan-gagasan yang orisinal, sehingga lajim disebut sebagai cerpen ide (cerpen gagasan). Cerpen jenis ini sulit sekali dipahami oleh para pembaca awam sastra, harus dibaca berulang kali baru dapat dipahami sebagaimana mestinya. Para pembaca awam sastra menyebutnya cerpen kental atau cerpen berat. 

berikut ada beberapa contoh cerpen dan pengarangnya..

                                                                Karya : Deny Eko pratomo

BINTANG YANG TAK BISA MENGGAPAI MATAHARI”
 Tak tahu apa yang ada di pikiran ku,aku dulu adalah orang yang Jutek dan cuek terhadap orang sekitar ku.Tapi Entah kenapa setelah kehadirannya di dalam hidup ku aku menjadi orang yang penuh dengan senyuman dan penuh kebahagian.Dengan Kehadirannya aku menjadi mudah tersenyum dan mulai merasakan benih Cinta,Padahal Aku sudah jera menjalani Cinta dengan orang lain karena sering di sakiti.Sebut saja nama ku Denial ,karena kejutekan ku ini makanya aku hanya memiliki teman sekitar ku saja yang sudah lama ku kenal.dan inilah cerita ku..

Aku adalah orang yang penuh kesendirian tapi itu berbeda ketika ada seseorang yang bernama Lestari itu datang ,dia datang dengan memberi ku senyuman bahagia nya sehingga dapat membuat ku kembali tersenyum setelah sekian lama aku tak tersenyum bahagia begitu.Apalagi setiap hari aku selalu bertemu dengannya karena kami adalah satu kerjaan yang sama Cuma posisi jabatan di perusahaan itu yang membedakannya.Mungkin karena sering ketemu itu maka muncullah benih – benih cinta diantara kita,dan tanpa disadari aku semakin ingin bersama dia sampai aku mati itu yang ku pikirkan walaupun kadang konyol.
Disaat Ulang tahun ku dia memberikan kado spesial yang dibuatnya sendri sampai gak tidur,maka dari situ aku tambah yakin kalau dia juga mempunyai perasaan yang sama dengan ku.Tapi, kami hanya menjalani saja dengan hubungan kami yang padahal tidak ada status apa-apa juga.Aku tersa Nyaman di dekatnya , disaat aku sakit aku masih ingat kata – kata nya memperhatikan ku “ Jangan Sakit terus yah kalau Sakit kan Kita Gak bisa ketemu ntar  dan ga bisa ketawa lagi“.aku tersenyum,membaca pesan singkat nya itu,aku pun membalasnya “iya Cerewet” ,aku semakin dekat dengannya begirtu dekat yang hampir bisa ku capai.aku masih ingat Curhat-curhatannya tentang masalah masa lalu nya .
Tiba lah waktu itu disaat aku mulai memberanikan diri untuk mengatakan perasaan ini,sesampai di kantor aku pun mulai mengajak dia ngbrol bareng apalagi direktur ga ada di kantor.kami pun mulai mengobrol seperti biasa dan saling tertawa dan bercanda seperti biasa.
“ Tar, aku boleh ngomong gak ma kamu?”
“Boleh lah , kan mulai tadi uda ngmong,heheheh” (sambil tertawa kepadaku)
“aku mau ngomong kalo aku sayang dan cinta ma kamu tar”
“Ahhh,,kamu itu becanda aja Den “ (sambil tersenyum menggoda ku)
“aku beneran Tar mau gak kamu jadi pacarku”
“tapi,maaf aku gak bisa terima kamu,maaf banget!! Sebenernya aku juga sayang ma kamu dan cinta ma kamu mungkin karena kita sering bareng-bareng becanda nya,Tapi..?(diam dan memberhentikan alasannya)
“tapi kenapa Tar kamu ga terima aku.apa aku kurang ganteng yah “. (tersenyum pasrah)
“bukan, karena aku bakalan dijodohkan dengan orang tua ku Den,yg kerjaannya sama dengan bapakku,aku ga bisa menolaknya den karena , aku harus bayar jasa ma mereka den kan aku sebagai anak angkat mereka “ (sambil menahan tangisan)
“iya,aku tau Tar aku Cuma orang yang sederhana yang mobil dan motor pun tak punya hanya ketulusan cinta yang ku punya Tar. (menunduk)
Dia pun memelukku sambil menangis dipelukanku yang tak bisa terima akan nasibnya dan hanya tetap menangis dan aku Cuma ngomong kepada nya “sudah Tar jangan nangis lagi masa yang selalu ceria seperti kamu malah menangis sih,kan kamu cahaya ku meskipun tak selamnya menjadi cahaya ku”.
Dan dia membalas perkataan ku “Maaf banget Den aku ga bisa jadi Cahaya dalam hidup selalu tapi ku harap engkau nati bahagia tanpa ku” memeluk erat diriku.
Di saat itu pun aku menyadari bahwa aku adalah seorang Bintang kecil yang tak bisa menggapai sang surya di pagi hari.Dan sekarang aku berusaha membuktikan ke semua orang bahwa aku akan sukses dengan keringatku sendiri, !!! S E L E S A I…

                                                             Karya : Veni Yuherliana Putri

“Setitik Gerimis di Pagi Hari”

Namaku Zie. Aku adalah anak tunggal sekaligus yatim. Aku sangat menyukai gambar dan lukisan. Tetapi penyakit jantung ayah kambuh saat penyerahan hadiah kemenanganku atas lomba lukis se-Riau, dan ia tak pernah melihat piagam kemenanganku untuk selamanya.
Sejak kejadian itu, aku sulit untuk membuat gambar ataupun melukis lagi. Dan tugasku sebagai ilustrator mading sekolah sering tersendat dan tidak sesuai lagi dengan keinginanku.
“Hei, Zie!” teriak Bima dari luar kelas.
Bima adalah ketua ilustrator. Saat itu aku sedang membuat ilustrasi untuk majalah dinding bulan ini yang ditugaskan olehnya. Tapi sepertinya dia akan meminta tugasku sekarang.
“Sorry, Bim,” aku kembali melanjutkan menggambar, tanpa menoleh,”mungkin setengah jam lagi siap.”
“Entar aku kesini semuanya udah clear, oke?”
Tanpa menunggu jawabanku, Bima membalikkan langkahnya.
Andaikan aku bisa kembali menggambar seperti dulu, mungkin tugas seperti ini akan selesai dari tadi. Oh, god!
Kerongkonganku terasa kering. Akhirnya aku memutuskan untuk membeli minuman di kantin yang cukup jauh juga dari kelas ini.
Sesaat setelah meneguk pop ice rasa anggur kesukaanku, terdengar pembicaraan di belakangku.
“Kenapa lagi dia?” kata suara yang kurang kukenal.
“Nggak tau, tuh! Buat ilustrasi gitu aja lama betul,” aku mengenali suara ini sebagai suara Bima,
“Jangan-jangan ilustrasinya baru siap besok!” celetuk temannya Bima.
“Tauk, ah!” jawab Bima geram, “Cewek itu selalu suka seenaknya. Udah jelek, belagu lagi! Untung…,”
Aku tak lagi mendengar kelanjutan percakapan itu, mereka sudah pergi dari tempat duduk mereka. Dan tanpa kusadari airmataku sudah jatuh membasahi pipiku yang tak mulus karena jerawat.
Besoknya aku tak merasa ingin pergi ke sekolah. Begitu juga dua hari berikutnya. Ibu tidak banyak bertanya kenapa aku tidak ke sekolah. Dia terlalu sibuk dengan pekerjaannya sebagai penerjemah.
Beberapa orang mengirimkan pesan padaku lewat sms, tapi semuanya tidak menanyakan keadaanku. Mereka hanya memintaku untuk melanjutkan pekerjaanku yang belum selesai. Betapa bencinya aku pada mereka semua!
Di hari keempat sejak kejadian itu, aku memutuskan untuk kembali ke sekolah. Dan aku membulatkan tekad untuk tidak memedulikan mereka, yang sebagian besar membenciku.
Hari ini ada seorang murid baru cewek pindahan dari Selat Panjang. Anak baru itu sangat cantik, dan dia memperkenalkan dirinya dengan nama Fira.
“Hai, aku boleh duduk disampingmu?” tanya Fira kepadaku
“Silahkan, asal jangan ngeganggu aja,” jawabku
“Baiklah,” katanya sambil tersenyum, dan mengacungkan dua jarinya membentuk tanda damai kepadaku, “Aku janji nggak bakal ngerepotin, kok!”
Fira anak yang senang bercerita. Walaupun aku tidak terlalu suka dengan orang yang banyak bicara, tapi aku selalu betah mendengarkan ceritanya yang sebagian besar terdengar konyol. Fira juga membuatku jadi tidak minder kalau berada di dekatnya, karena dia selalu menggandeng tanganku.
“Zie, kamu kok diam saja,” Tanya Fira suatu hari, “sekali-kali cerita gitu sama aku. Perasaan selama ini aku terus yang bekoak-koak sendiri kaya’ tante-tante cerewet!”
Aku tertawa mendengar perkataan Fira yang polos itu. Kejujurannya inilah yang mungkin menyebabkan aku betah mendengarkan ceritanya.
“Entah, Fir,” kataku akhirnya setelah selesai tertawa, “Aku tidak punya bahan cerita yang menarik untuk diceritakan.”
“Kok gitu?” aku tidak menjawab pertanyaannya. Bagiku cukup kalau dia bersikap seperti ini padaku tanpa harus terkontaminasi oleh cerita-ceritaku nantinya.
Zie!” teriak Bima dari depan pintu kelas
Aku menjawab dengan mendengus menandakan bahwa aku mendengarkannya.
“Tugas kemarin udah selesai?”
“Nggak,” jawabku sekenanya, “aku nggak mood ngerjainnya.”
“Maksudmu? Kamu ini, udah lama dikasih tugasnya, belum kelar-kelar juga! Lelet amat sih jadi orang!” teriak Bima, “Niat kerja nggak sih, dasar cewek jelek!”
Darahku hampir mendidih mendengar perkataannya barusan. Kemudian tiba-tiba Fira sudah berdiri di depanku dan menarikku mendekati Bima.
“Zie, kamu tahu nggak, gara-gara cowok yang selalu memandang fisik seseorang kaya’ gini aku pindah dari sekolahku yang lama,” setelah berkata begitu, Fira mengepalkan tinjunya dan mengarahkannya ke perut Bima, dan membuat Bima meringis kesakitan.
“Apaan sih cewek ini,” kata Bima sambil memegangi perutnya yang meradang, “Kamu udah gila, ya! Dasar Cewek Lesbi!”
Kali ini aku yang naik pitam. aku masih bisa bersabar kalau dia menghinaku. Tapi tidak kalau dia berani menghina satu-satunya teman yang begitu baik padaku. Aku menampar mukanya berkali-kali hingga muka Bima yang putih mulus berubah merah lebam.
“Itu hadiah buatmu karena nggak pernah sopan sama cewe’,” kataku akhirnya, dan melemparkan sebuah amplop yang jatuh di atas perutnya, “dan itu surat pengunduran diriku,”

Betapa leganya aku karena telah melampiaskan kekesalanku selama ini. Setelah hari itu, entah kenapa jari-jemariku kembali menuruti keinginanku, sehingga aku kembali dapat melukis seperti dulu. Thanks God!

                                                                 Karya: Anisa Nur Hidayah

“Merpati Cinta”

Malam ini begitu hening, yang kulihat hanyalah bintang-bintang yang bertaburan menggantung di langit. Aku sendirian duduk di rerumputan yang halus di tepi Danau dengan buliran air mata yang terus mengalir membasahi pipiku. Aku kesepian, karena aku hidup di dunia ini hanya sebatang kara dan bagiku tiada lagi tawa kebahagiaan yang ada hanyalah kesendirian dan kepenatan hidup yang selalu menemani hari-hariku ini.
“Mengapa? Mengapa aku tidak pernah merasakan kebahagiaan. Kenapa semua orang yang kucintai meninggalkanku?” teriakanku sambil melempar batu-batu kecil ke Danau. Aku menangis semakin menjadi-jadi, aku rindu keluargaku yang telah lama meninggalkanku sendirian di dunia ini.
Aku tergagap karena karena satu burung merpati kecil hinggap di bahuku dan kulihat ada sepucuk surat deng kertas berwarna merah muda yang di ikatkan pada kaki kanan burung merpati itu. Aku pun memegang burung merpati itu lalu kubelai lembut sambil tersenyum manis.
“Kamu burung cantik! Mana temanmu?” tanyaku sambil tersnyum
Aku pun melepaskan ikatan surat itu pada kaki burung Merpati lalu kubuka dan membaca nya.
“Janganlah kamu terus bersedih Prinses. Masih banyak 0rang yang sayang sama kamu. Aku yakin suatu saat akan ada seorang pangeran yang akan menjemputmu dan mencintaimu dengan tulus” isi surat nya membuatku kaget. Aku mengernyitkan kening tak mengerti dan banyak pertanyaan tertumpuk di otakku. Dan tiba-tiba detak jantungku berdegup kencang padahal sebelum nya aku tidak pernah merasakan ini semua.
“Siapa pengirim surat ini ya? Tapi siapa pun dia makasih ya karena kamu udah buat aku senang” kataku sambil tersnyum paling bahagia sedunia
Burung itu pun melepaskan diri dari genggamanku ia terbang bebas ke udara. Aku pun segera berdiri lalu menoleh ke belakang dan kulihat seorang laki-laki memakai celana Jeans Jaket Serta Sepatu Putih masuk ke mobil BMW berwarna merah lalu berlalu pergi dengan mobil nya. Aku murung hatiku kesal karena tidak bisa melihat wajah laki-laki itu. Dan jantungku berdegup kencang membayangkan laki-laki tadi yang kulihat hanya dari belakang.
“Semoga ini bukan pertama dan terakhir kali nya aku melihat cowok tadi” pintaku dengan wajah memelas
Kian lama hatiku mulai tenang dan senyuman selalu terlukis di bibirku setiap hari karena setiap hari Burung Merpati kecil itu selalu datang menemuiku dan membawakan surat yang berbeda setiap hari nya. Isi surat itu selalu membuatku bahagia, walaupun aku tidak tahu siapa sebenarnya pengirim surat itu.
“Siapa sebenar nya pengirim surat cinta itu? Aku yakin dia cowok tapi kenapa aku selalu merasakan dia ada di dekatku” tanyaku sambil memandangi surat-surat yang tertata rapi di meja belajarku
Keesokan harinya seisi Kampus gempar membicarakan Mahasiswa baru yang katanya Cool, ganteng dan juga seorang penyangi. Aku hanya mengernyitkan kening tak mengerti berdiri di dekat fakultas Sastra fakultasku.
“Sinta! Kok kamu seneng banget. Ada apa si?” tanyaku penasaran kepada teman fakultasku yang berdiri di depanku
“Ya ampun Olivd masa kamu nggak seneng kan dia Artis terkenal. Aku mau banget jadi pacar nya” Jawab Sinta sambil tersenyum dan menatapku
Aku menggeleng-gelengkan tak mengerti maksud pembicaraan Sinta. Tak lama kemudian Mahasiswi-mahasiswi berlarian sambil berteriak histeris ke arahku.
“Waduhh…. Kok cewek-cewek pada nyamperin aku?” tanyaku tak mengerti
“Sumpah perfect banget” kata cewek-cewek itu dan juga Sinta serentak yang berdiri di depanku dan menatapku
“Kalian pada kenapa si?” tanyaku polos
Aku pun tersipuh malu lalu menundukkan kepalaku untuk menghindari tatapan mereka yang begitu dalam        ”Hey! Apa kabar Olive?” Ucap seorang laki-laki sambil memegang bahuku dari belakang“Siapa si?” tanyaku kesal
Aku pun segera menoleh ke belakang. Aku tergagap karena kulihat seorang laki-laki sangat tampan melempar senyum termanisnya ke arahku. Aku terdiam dan jantuhku kembali berdegup kencang.
“Hi… Kenalin aku Reno Mahasiswa baru” sambil mengulurkan tangan nya
“Olive!” kusambut tangan nya dg tersnyum
Aku tergagap karena Burung Merpati Yang biasa menemaniku terbang ke arahku lalu ia hinggap di bahu Reno.
“Cantik! Pinter kamu sayang!” kata Reno pada Burung itu
“Reno! Kamu kenal sama burung itu?” tanyaku penasaran
“Ini Burung aku, prinses!” Kata nya lalu berlalu pergi
Aku tak menyangka Burung yang selama ini menemaniku adalah milik Reno. Aku pun berlari mengejar Reno. Dan kami saling menatap di taman belakang kampus.       “Jadi surat yang selama ini aku trima dari kamu” kataku
“Iya! Dari awal aku melihat kamu Di Danau itu aku sudah mencintai kamu. Maka nya aku kirim Merpati Cintaku buat kamu” kata Reno sambil tersnyum“Aku juga dari awal udah cinta sama pangeran Merpati” kataku
“Jadi kamu mau trima Cinta aku!”
“Iya”Reno pun merangkulku dan kami membelai merpati itu dengan lembut.